Mengapa kau harus senarsis itu
Memuntahkan semua kata-kata pilu
Tak cukupkah kau mengiris hati ini dengan ucapmu
Kau, ya kau
Letih kumendengar ocehanmu
Jari jemari lentikmu menguntai kata-kata pelu
Mengungkap betapa kurangnya diriku
Kau, ya kau
Tak pernahkah kau berkaca tentang dirimu
Tak pernahkan berpikir bahwa ucapmu
Mengiris hati hingga jiwa orang karena bualanmu
Kau, ya kau
Sudah cukup dengan tindak tandukmu
Muak aku dengan omong kosongmu
Aku memilih untuk menutup telinga,
Melangkah dengan bangga dengan imanku
Kau, ya kau
Ujaranmu, tindak tandukmu
Tak akan mampu melunturkan dalamnya imanku
Tak akan mampu menyapu mujurku
Catatan:
Puisi ini bercerita tentang kemarahan kepada seseorang yang hanya mampu berbicara, namun tak pernah tahu perjuangan orang lain dan terkadang kata-katanya membunuh pribadi seseorang. So, pahami, amati dulu sebelum bicara.
0 komentar:
Posting Komentar